Subscribe:

Jumat, 10 Oktober 2014

HIV/AIDS Menyerang Ibu Rumah Tangga

Saat ini masyarakat cenderung menganggap bahwa HIV/AIDS hanya dialami oleh Pekerja Seks Komersial (PSK). Padahal, justru jumlah ibu rumah tangga yang terkena HIV/AIDS jumlahnya lebih besar dibandingkan PSK. Berdasarkan data dari Menteri Kesehatan sejak tahun 1987 hingga Juni 2014, sudah terdapat 6516 kasus ibu rumah tangga yang terinfeksi pasangan tetapnya. Banyaknya ibu rumah tangga yang terinfeksi virus HIV/AIDS menempatkan mereka di posisi tertinggi  dalam kasus AIDS di Indonesia, sedangkan  kasus PSK yang terinfeksi AIDS sebanyak 2048. Hal ini menunjukan bahwa penularan AIDS di Indonesia mulai bergeser dari kelompok rentan ke kelompok risiko rendah, seperti ibu rumah tangga.


Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2010 yang sekarang menjabat sebagai Menteri Kesehatan, dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH, menduga penyebab kasus HIV/AIDS di kalangan ibu-ibu rumah tangga adalah kurangnya keterbukaan di antara pasangan suami istri. Persoalannya utama bukan terkait dengan keterbukaan, tapi karena banyak suami yang tidak menyadari perilakunya berisiko tertular HIV.

Ini terjadi karena informasi HIV/AIDS yang selama ini disampaikan ke masyarakat selalu dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga yang ditangkap masyarakat bukan fakta tapi mitos. Kondisinya kian runyam karena ada keyakinan di masyarakat yang menempatkan perempuan (baca: istri) sebagai sub-ordinat dari suami. Akibatnya, istri tidak mempunyai posisi tawar yang kuat untuk mempertanyakan perilaku (seksual) suaminya. Bahkan, perempuan (istri) selalu dituntut ‘manut’ kepada suaminya. Belakangan, ada anggota DPRD Prov Jambi yang mengusulkan agar ada tes keperawanan. Ini diskriminasi karena tidak diimbangi dengan tes keperjakaan. Dikatakan oleh Nafiah, bahwa wanita butuh melindungi diri,. Untuk itulah dilakukan pendekatan melalui tempat penularannya, yakni lokalisasi pelacuran. Diupayakan pemberdayaan pekerja seks. Cara ini juga sudah diskriminatirf karena yang menjadi kuncuk bukan PSK, tapi laki-laki ‘hidung belang’ kerena laki-laki inilah yang menularkan HIV ke PSK dan membawa HIV dari PSK ke masyarakat.(sumber)


Menanggapi banyaknya ibu rumah tangga yang terpapar HIV itu, ahli penyakit AIDS pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Samsuridjal Djauzi berpendapat bahwa kemungkinan yang menyebabkan tingginya penderita AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Pertama, tertular dari suami yang positif AIDS, tanpa mengetahuinya kemudian menikah dan menularkannya secara tidak sengaja. Latar belakang suami itu terjangkit AIDS pun beragam. Kemungkinan, sebelum menikah, suami adalah pengguna narkoba, lalu berhenti. Namun dia terlanjur terjangkit dan tidak diobati, kemudian menulari istri setelah menikah. Samsuridjal juga menilai, tak menutup kemungkinan sang suami terjangkit AIDS akibat perilaku seks bebas dengan wanita yang beresiko terkena AIDS, misalnya PSK. Kedua, AIDS di kalangan ibu rumah tangga disebabkan perilakunya yang memang berisiko terjangkit AIDS. Yang lebih memprihatinkan, tidak sedikit bayi yang terlahir dengan HIV/AIDS akibat jumlah penderita di kalangan ibu rumah tangga meningkat yaitu sebesar 30%. Tetapi dengan pengobatan dan cek secara rutin, risiko melahirkan bayi yang terjangkit HIV bisa di kurangi. Samsuridjal pun menyesalkan kurang tersebarnya edukasi dan kampanye anti-AIDS. Sebagian besar hanya difokuskan pada kalangan yang berisiko tinggi terkena HIV, seperti PSK dan anak muda yang rentan narkoba. PSK kini mulai banyak menggunakan kondom. Karena itu, Ia meminta agar edukasi kepada ibu rumah tangga ditingkatkan.(sumber)


Kerentanan ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko antara lain adalah ketimpangan gender yang membuat perempuan sulit mengontrol perilaku pasangannya. Otomatis jika perilaku pasangannya berisiko seperti suka membeli seks dan pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya. Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan. Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai kondom saat berhubungan seks.(sumber)

Dengan maraknya kasus HIV/AIDS yang diderita ibu rumah tangga, pemerintahpun ikut ambil andil. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan pada tahun 2014 nanti, pemerintah mulai memberlakukan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang menjamin seluruh masyarakat mendapatkan pengobatan. Untuk masyarakat yang kurang mampu, akan mendapatkan pengobatan secara cuma-cuma. Tapi, di satu sisi rencana ini justru memicu keresahan. "Rokok itu hampir sama dengan HIV. Kita tidak bisa melarang orang untuk merokok, tapi kalau nanti jatuh sakit kita yang disuruh bayar. Orang yang HIV juga begitu, dia enak-enakan melakukan seks berisiko, tapi kalau nanti kena HIV, kita yang nanggung pengobatannya. Di mana letak keadilan?", kata Menkes dalam jumpa pers di kantornya seperti ditulis Sabtu (1/12/2012). HIV sendiri sebenarnya dapat dicegah dengan cara setia kepada pasangan, melakukan hubungan seks yang aman dengan memakai kondom, dan tidak melakukan hubungan seks berisiko serta menjuhi narkoba yang menggunakan jarum suntik bersama.Yang paling penting, menawarkan tes IMS dan HIV kepada ibu hamil serta pemberian ARV melalui program pencegahan dari ibu ke anak. Penderita HIV sendiri dapat menjalani pengobatan untuk mencegah infeksi baru pada orang sehat. Jika kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, maka pada tahun 2020 nanti pemerintah bakal merogoh dana lebih banyak yang membutuhkan US$ 202 juta atau Rp 2 triliun untuk biaya pengobatan.(sumber)

Dari uraian di atas, tidak salah memang jika ibu rumah tangga menduduki peringkat pertama dalam penderita AIDS, hal ini disebabkan banyak factor, yaitu pengetahuan yang rendah tentang penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga, minimnya perlindungan bagi ibu rumah tangga yang tidak bisa memaksa suaminya untuk menggunakan kondom, dan yang menjadi factor utama adalah perilaku suami yang “sering jajan” dan menularkan pada istrinya. Sebenarnya hal ini bisa di cegah dengan setia pada pasangan dan melakukan hubungan seks yang aman dengan memakai kondom. Peran pemerintah dalam masalah ini masih penuh dengan pro dan kontra. Pemberian kondom gratis ternyata tidak menjadi kebijakan yang efektif, hal itu dinilai mengajarkan untuk melakukan hubungan seks secara bebas dan menganggap bahwa pelaku seks tersebut tidak akan terkena penyakit menular apabila menggunakan kondom. Namun apabila pemerintah tidak cepat tanggap akan masalah ini, akan semakin banyak angka penderita HIV/AIDS dan pemerintah sendiri harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk mengobatinya.




Referensi :
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Final%20Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202014%20Kemkes(3).pdf
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/30/aids-di-kalangan-ibu-ibu-rumah-tangga-322736.html
http://kliping.depkes.go.id/file/8641_Suami%20Berulah,%20Istri%20Kena%20Tulah.PDF
http://health.detik.com/read/2012/12/05/075835/2109653/775/duh-penularan-hiv-pada-ibu-rumah-tangga-lebih-tinggi-dari-psk
http://health.liputan6.com/read/461775/hiv-aids-yang-bikin-pusing-pemerintah


(Download PPT here)

1 komentar:

udiyabaas mengatakan...

Casino games for Android - JCM Hub
There are no restrictions for playing casino games for 동해 출장안마 android. For any real 구리 출장마사지 money bets you can get a 성남 출장마사지 chance to 동두천 출장안마 play with a 부산광역 출장안마 mobile device and an account.

Posting Komentar